Oleh: Mochamad Pramono, S.Pd.
(Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bukateja)
Dunia pendidikan memang dunia yang penuh dinamika baik dari sisi materi, kurikulum , metode,maupun dari siswanya. Semakin kita mendalami dunia pendidikan semakin larut juga dalam kemampuan dan tuntutan pengetahuan yang dibutuhkan. Pendidikan merupakan pilar utama suatu negara serta menentukan kemajuan dan peradabannya. Tanpa pendidikan suatu negara dapat dikatakan terbelakang dan tidak mempunyai suatu peradaban yang berkemajuan.
Menurut Jensen Topata (2020) pengertian pendidikan adalah mengikuti proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Peserta didik sekaligus mengikuti kebiasaan dari sekumpulan besar manusia satu generasi ke generasi yang lain dengan melalui proses pengajaran oleh guru, pelatih , dan juga penelitian.
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah tercapaian Kompetensi Dasar yang ada pada masing-masing pelajaran, serta terdongkraknya nilai hasil belajar. Dengan catatan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung, serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas baik dari segi materi maupun metode.
Pembelajaran yang bertujuan melatihkan kemampuan literasi dan numerial memiliki prinsip bahwa pembelajaran harus kontekstual sehingga siswa mengintegrasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari, serta mendapatkan atau mencari tahu informasi yang terjadi dalam konsep tersebut. Model-model pembelajaran begitu banyak kita kenal dalam dunia pendidikan.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia penulis memanfaatkan metode Bermain Peran dalam upaya untuk mengurangi rasa kejenuhan siswa. Bermain peran merupakan suatu metode untuk melibatkan semua siswa dalam upaya untuk berkolaborasi baik secara kejiwaan, maupun secara gerak dan laku. Belajar bahasa Indonesia akan menyenangkan kalau dipadukan dari berbagai kegiatan pembelajaran yang tidak monoton.
Ada beberapa hal pokok yang dalam komunikasi lisan , yaitu ketrmpilan menyusun kata menjadi kalimat, intonasi pengucapan , mimik muka dalam berbicara dan lainya.
Pada dasarnya kemampuan mengemukakan kalimat dalam bahasa lisan memerlukan latihan yang intensif dan teknik yang relevan dalam pengembangan kemampuan. Kesulitan yang sering dihadapi karena kurangnya pengalaman dalam berkomunikasi serta kurangnya kosakata relevan dengan tema sehingga menyulitkan berbicara. Dengan demikian demikian orientasi pembelajaran bahsa berpusatpada siswa bukan pada guru, sehingga siswa akan aktif menerapkan ketrampilan bahasa sedini mungkin.
Bermain peran adalah suatu metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengekspresikan sejarah, mengkreasi peristiwa actual atau kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang ( Sanjaya 2006)
Pada dasarnya, bermain peran memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain peran menurut pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang –kalah. Sedangkan yang kedua disebut sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian menang-kalah.
Menurut Santoso (2011) bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspreikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Banyak maafaat yang kita peroleh dari metode bermain peran diantaranya:
Pertama : Siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial.
Kedua : Dapat menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial.
Ketiga : Menumbuhkan dan memotivasi belajar
Keempat : Memberikan kesempatan pada sisiwa yang pendiam untuk berkomunikasi dalam bermain peran /mengekspresikan perasaan yang tersembunyi dibalik suatu keinginan
Kelima : Memberikan pengalaman konkret dari apa yang telah dipelajari.
Alasan diterpkannya metode pembelajaran bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk penanaman dan pengembangan konsep , nilai, moral, serta norma, hal ini dapat dicapai bila para peserta didik secara langsung melakukan interaksi satu sama lain dalam pemecahan masalah melalui peragaan. Oleh karena itu metode ini mampu menghasilkan suatu pengalaman yang berharga bagi para peserta didik.